|
Add caption |
Pengembangan masyarakat
di Indonesia bukan suatu hal yang baru. Hal ini karena sejakmencapai
kemerdekaan, istilah pembangunan mendapat tempat yang sangat besar dalam pembentukan
Negara bangsa. Pada saat dinamika pembangunan demikian rancaknya pada masaorde
baru, pengembangan masyarakat mengambil posisi dan kontribusi penting. Meski
demikian,pemberdayaan masyarakat kurang mendapat perhatian karena kendali
pembangunan banyakberasal dari pemerintah melalui berbagai kebijakan dan
program pembangunan (top down).
Setelah orde baru
berakhir dan era reformasi dimulai, dimana kebebasan dan hak asasi
manusiamenjadi primadona setidaknya dalam wacana pembangunan maka tema-tema
seperti pemberdayaan, penguatan kapasitas, kelembagaan lokal, kearifan local,
modal sosial dan inisiatif lokal demikian bergema dan mewarnai diskusi akademik
mengenai pembanguan dan pengembangan masyarakat. Sayangnya tema-tema itu masih
banyak dibahas dalam diskusi daripada diimplementasikan dalam kebijakan dan
program pembangunan nasional, daerah maupun di tingkat masyarakat local (grassroots).
Kinerja kelembagaan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu kelembagaan untuk menggunakan sumberdaya
yang dimilikinya secara efisien dan menghasilkan output yang sesuai dengan
tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna (Peterson, 2003). Ada dua hal
untuk menilai kinerja kelembagaan yaitu produknya sendiri berupa jasa atau
material, dan faktor manajemen yang membuat produk tersebut bisa dihasilkan.
Satu cara yang lebih sederhana telah dikembangkan untuk memahami kinerja
internal dan (sedikit) eksternal suatu kelembagaan, melalui ukuran-ukuran dalam
ilmu manajemen.
Pecinta Alam Bahari (PAB)
merupakan sebuah organisasi yang terlahir dari komunitas masyarakat yang hidup
di pinggir pantai kota Dumai, tepatnya muara Sungai Dumai. Mereka
menggantungkan kehidupannya dari laut baik sebagai nelayan maupun buruh
pelabuhan. PAB berdiri sejak tahun 1999 dengan tujuan menyelamatkan lingkungan
pantai dan muara Sungai Dumai melalui usaha penanaman pohon bakau (mangrove). Hutan Wisata Bandar Bakau
adalah satu dari buah karya mereka dalam upaya pelestarian tersebut.
Hutan Wisata Bandar Bakau
berkembang dan melahirkan sumber pendapatan ekonomi baru bagi komunitas ini. Selain
memilik potensi objek wisata alam, komunitas ini juga mengelola sekolah Alam.
Sekolah Alam Bandar Bakau didirikan pada bulan September 2010, atas inisiatif
pengurus Pecinta Alam Bahari sebagai langkah untuk memperkenalkan dunia
mangrove kepada anak-anak mulai tingkatan SD s/d SMU sederajat yang berada di
Kota Dumai. Melalui sekolah alam ini diharapkan kelak merekalah yang akan
menjadi penerus kader-kader Konservasi Mangrove serta memiliki jiwa-jiwa
kepedulian khususnya terhadap kelestarian alam khususnya wilayah pesisir.
ADS HERE !!!